Hidup dalam Kasih terhadap Sesama

Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Matius 22:39).

Ketika kita baca dalam ayat yang ke 39, dikatakan “hukum yang sama dengan itu” kata SAMA setara dengan mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Tuhan Yesus menghendaki kita semua untuk mengasihiNya dan bukti kita mengasihiNya adalah dengan mengasihi sesama kita. Mengasihi sesama kita manusia seperti mengasihi diri kita sendiri.

“Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang. Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan. Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.” (1 Yoh 2:9-11).

“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.”

(1 Yoh 4:7,11-12).

Hidup dalam kasih terhadap Tuhan dan sesama merupakan tanda kita ini seorang anak Tuhan. Mengapa Tuhan tidak menghendaki kita sebagai anak-anakNya tidak hidup dalam kepahitan maupun dendam? Baca lebih lanjut

Kembali ke RencanaNya

Ezra 2: 1-2 “Inilah orang-orang propinsi Yehuda yang berangkat pulang dari pembuangan, yakni para tawanan, yang dahulu diangkut ke Babel oleh Nebukadnezar, raja Babel, dan yang kembali ke Yerusalem dan ke Yehuda, masing-masing ke kotanya. Mereka datang bersama-sama Zerubabel, Yesua, Nehemia, Seraya, Reelaya, Mordekhai, Bilsan, Mispar, Bigwai, Rehum dan Baana. Inilah daftar orang-orang bangsa Israel.”

Selamat datang di yellow pages-nya kitab Ezra! Firman seperti yang di atas mungkin menjadi ayat-ayat yang paling sering dilompati oleh pembaca Alkitab. Bahkan, saya yakin pernah terlintas di pikiran kita pertanyaan seperti “Apa pentingnya ayat-ayat seperti ini? Apa hubungannya dengan saya?” Izinkanlah saya memberitahukan sebuah pewahyuan Roh Kudus: ayat-ayat yang berisi daftar nama yang membosankan hanya membuktikan bahwa Tuhan kita adalah Allah yang sangat pribadi dan setiap orang berharga di mataNya! Tak satu pun nama yang dilewatiNya begitu saja.

Setiap kali membaca ayat-ayat tersebut, saya merasakan kasih Tuhan. Bisa saya bayangkan setiap nama pasti menyimpan 1001 macam memori suka dan duka. Di dalam setiap nama, terkandung 1001 perasaan Allah. Untuk setiap nama tadi, yang kurang berarti bagi kita, Yesus mau datang ke dunia dan disalibkan sekali lagi. Maka, jangan sekali-kali merasa bahwa Tuhan telah melupakan diri kita. Setiap kali membaca nama-nama itu, ingatlah namamu dan namaku. Tuhan memanggil nama kita, sebab Dia punya rencana.

Seperti mereka yang disebut di ayat-ayat itu, bagaimanakah agar nama kita termasuk di dalam daftar orang-orang yang berjalan dalam rencanaNya? Inilah rahasia mereka:

1. Taat kepada panggilan untuk dipakai Tuhan

Cobalah perhatikan nama-nama tersebut. Siapakah sesungguhnya mereka? Merekalah orang-orang yang taat untuk kembali ke rencana Tuhan. Merekalah segelintir orang Israel yang masih menanggapi panggilan Tuhan yang mulia atas hidup mereka. Janganlah kita puas sekedar bergereja saja. Naiklah ke level yang lebih tinggi, yaitu ke dalam hitungan orang-orang yang tidak menyia-nyiakan kasih karuniaNya. Kepada hamba-hambaNya yang “secara sengaja” rindu untuk dipakai lebih oleh Allah, rencanaNya pasti terjadi!

2. Berdoa untuk koneksi Tuhan

Inilah sebuah pemikiran yang sederhana: jika ada sebuah daftar nama, itu berarti mereka tidak sendirian, bukan? Sebab ada lebih dari satu nama. Ternyata, untuk dapat masuk ke dalam rencana Tuhan yang lebih dalam, kita membutuhkan orang lain! Oleh sebab itu, berdoalah agar Tuhan hubungkan kita dengan orang-orang lain yang juga sedang aktif berjalan dalam rencanaNya. Berdoalah agar kita tidak tersesat hingga bertemu dengan orang-orang yang salah di waktu dan tempat yang salah. Tuhan pasti akan mempertemukan kita di air yang tenang dan rumput yang hijau di bawah penggembalaanNya!

3. Melihat orang di sekeliling sebagai potensi

Perhatikanlah rombongan orang Israel yang mengikuti Ezra tersebut. Mereka terdiri dari bermacam-macam latar belakang dan status—mulai dari para imam, orang-orang lewi, para penyanyi, kaum penunggu pintu gerbang, para budak di bait Allah, keturunan para hamba Salomo, hingga sekelompok orang yang dikucilkan karena tidak tercatat dalam silsilah keluarga serta dianggap tidak tahir untuk jabatan imam. Intinya adalah janganlah pernah meremehkan orang, siapapun mereka. Setiap kali kita keluar dari rumah, pandanglah orang sekeliling kita sebagai potensi. Mengapa demikian? Sebab kita tidak tahu yang mana dari mereka yang akan membawa rencana Allah yang lebih indah untuk kita—yang mana yang akan melayani kita, dan yang mana yang akan kita layani. Siapa tahu Tuhan mengutus orang itu untuk membawa kasih karunia kepada kita, sebab setiap manusia adalah aset sorga dan “agen rahasia” dari Tuhan!

Milikilah komitmen untuk menghargai setiap manusia yang Tuhan kirimkan kepada anda dan kasihilah semua orang. Tuhan pasti akan memberikan hikmat agar anda dapat “mengelola” setiap hubungan yang Ia sudah dan akan percayakan. Tentu tidak semua orang—yang sekedar lalu-lalang di hidup ini—harus anda perhatikan, sebab hidup terlalu singkat. Fokuslah dahulu pada keluarga di rumah, lalu bertanggung-jawablah di dalam gereja di mana anda digembalakan dan tempat kerja di mana anda ditempatkan. Pada akhirnya, setiap manusia itu akan menjadi kejutan yang mulia dan kesaksian yang indah di dalam hidup anda. Dan nama anda, tentunya, akan menjadi yang teristimewa dalam kamus rencanaNya!

Oleh Ps. Philip Mantofa

Alat Kemuliaan

Roma 9:23-24 “justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaanNya atas benda-benda belas kasihanNya yang telah dipersiapkanNya untuk kemuliaan, yaitu kita, yang telah dipanggilNya”

Saudara, pernahkah kita melihat seseorang yang menaruh peralatan yang terbuat dari emas dan perak dengan sembarangan? Atau melihat orang yang memakai peralatan dari emas dan perak untuk mengambil pasir? Tentu tidak. Saat seseorang memiliki perkakas yang terbuat dari emas dan perak, ia tentu akan menyimpannya dengan baik dan hanya memakainya untuk acara-acara khusus. Perkakas kerajaan misalnya, disimpan dan dirawat dengan khusus untuk dipakai dalam acara-acara khusus kerajaan. Kita tidak akan menaruhnya sembarangan karena menyadari nilainya yang mahal.

Saudara, seringkali kita tidak menyadari jika hidup kita sama seperti perkakas emas dan perak itu. Tuhan menciptakan kita dengan desain yang terbaik yaitu serupa dengan gambarNya. Kita adalah alat-alat yang mulia dan dipakai Tuhan untuk tujuan yang mulia.

Namun sayangnya banyak dari kita yang tidak menyadarinya sehingga kita hidup dengan sembarangan, bersikap dan berkata-kata dengan sembarangan. Kita menghabiskan hidup kita untuk hal-hal yang tidak penting dan melupakan tujuan mulia yang Tuhan tetapkan. Kita dengan mudahnya mencemarkan hidup kita dengan dosa dan lupa bahwa kita adalah orang-orang yang didesain istimewa untuk menggenapi tujuan Tuhan yang mulia.

Apakah tujuan yang mulia itu? Memberitakan kabar baik kepada bangsa-bangsa dan menjadikan mereka murid Kristus. Saudara, apakah hidup kita selama ini sudah mempermuliakan Tuhan? Sudahkah orang lain mengenal Kristus melalui hidup kita? Remember, jika kita diciptakan Tuhan dengan gambaran yang mulia untuk menggenapi tujuan-tujuan yang mulia. Jangan hidup sembarangan lagi ya…

Yuk saudara sekalian, jaga hati dan hidup kita agar selalu siap sedia dipakai oleh Tuhan…..

Mempertahankan Kasih Yang Semula

“Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.”
(Wahyu 2:4)

Kasih mula-mula itu seperti cinta pertama. Kita mencintai Tuhan bukan karena Ia memberi berkat, atau karena sebab-sebab lain, tapi memang murni dari hati kita. Kasih bisa pudar, ada saatnya kasih menjadi hambar. Kenapa ya kasih mula-mula bisa pudar?

  • Karena ada pihak ketiga dan tidak bisa membagi waktu. Tuhan sudah mengingatkan bangsa Israel dalam Keluaran 20:5, supaya jangan ada pihak ketiga, yaitu allah lain, yang membuat bangsa Israel melupakan Tuhan. Namun karena mereka tidak bisa melihat Allah secara fisik, mereka menghadirkan pihak ketiga, yaitu allah lain berupa patung lembu emas. Tuhan murka kepada orang Israel karena ketidaksetiaan mereka ini. Dalam kehidupan kita, pekerjaan, kesibukan, pasangan, hobi, dan berbagai hal lainnya dapat menjadi pihak ketiga dan menjauhkan kita dari Tuhan. Bahkan kesibukan dalam pelayanan bisa memalingkan fokus kita dari Tuhan.
  • Karena kita sedang ada dalam lingkungan nyaman (comfort zone)
    Saat kita menghindar dari Tuhan, karena kita ingin nyaman, pasti akan ada nyaman yang kedua, ketiga, keempat, dst. Pada akhirnya, kita sudah ada dalam comfort zone seutuhnya dan sulit sekali untuk keluar dari zona itu.
  • Karena ada rasa tersinggung, rasa kesal yang tidak terselesaikan
  • Karena kita mengasihi dunia dan keinginan-keinginan daging yang ditawarkannya (1 Yohanes 2:15).

Lalu, bagaimana kita bisa mengembalikan kasih yang mula-mula itu?

  • Dengan kembali sadar, kembali kepada Tuhan. Ingat-ingat kembali kebaikan Tuhan, ingat-ingat kembali kemurahan Tuhan, dan kasih setia-Nya yang selalu kita rasakan selama ini, bahkan ketika kita tidak setia kepada-Nya. Tuhan mendengar kita. Ia ingin mengasihi, dan memulihkan kita.
  • Mulailah menyediakan waktu lagi untuk berhubungan dengan Tuhan. Saat kita mencari Tuhan, Ia akan membiarkan kita menemukan-Nya. Bawalah seluruh kekeringan hati kita, dengan hati yang hancur kita sujud di kaki-Nya, pasti hadirat Tuhan akan melawat kita. “Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu, apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku, apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu.” (Yeremia 29:12-14)

Ketika kita sudah mendapatkan kembali kasih yang mula-mula, kita harus mempertahankannya. Untuk mempertahankan kasih yang mula-mula kita perlu :

  • PUNYA KOMITMEN
    Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Kita harus punya komitmen untuk tidak lagi melakukan hal-hal yang menjauhkan kita dari Tuhan. Kita harus punya komitmen untuk memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan setiap hari.
  • SELALU INGAT DAN BERSYUKUR ATAS SEGALA KEBAIKAN TUHAN
    Bersyukurlah untuk keluargamu karena ada Yesus di sana. Bersyukurlah untuk posisi yang engkau peroleh, yang dikerjakan Yesus untukmu. Bersyukurlah buat kesehatan dan kekuatan yang ada padamu, itu dicurahkan Tuhan untukmu setiap hari. Bersyukurlah dalam segala hal, besar maupun kecil, karena bukan oleh kuat dan gagah kita semua itu ada, tapi semata-mata hanya karena kemurahan Tuhan.
  • MEMILIKI RESPON DAN POLA PIKIR YANG BENAR
    Saat kita tahu kita salah, kita perlu kembali kepada Tuhan. Tuhan mau kita datang kepada-Nya, mengakui dosa-dosa kita, serta berjalan dalam pertobatan yang sungguh. Ketika kita datang mengakui dosa-dosa kita, Tuhan akan memberikan hati yang baru kepada kita.
  • BERADA DALAM KOMUNITAS YANG SEHAT
    Komunitas pertemanan yang sehat, tidak akan membiarkan pribadi-pribadi di dalamnya jatuh sendirian. Komunitas yang sehat akan membawa orang-orang yang ada di dalamnya semakin dekat kepada Tuhan. Kita perlu makan Firman Tuhan setiap hari. Tetaplah berada dalam komunitas yang sehat. Kalau kita diingatkan oleh teman kita, jangan kita ngambek dan marah. Ambillah sikap dewasa dan terimalah teguran itu dengan hati terbuka. Mari kita sama-sama bertumbuh dalam Tuhan dan miliki kembali kasih yang mula-mula.

Tuhan memberkati 🙂