Lulus FK lama masih harus tambah setahun lagi baru bisa kerja?
Shallom. Saya Loraine Harinda, PMKK UNDIP angkatan 2008. Saat ini saya sedang menjalani Program Internsip yang mewajibkan para dokter fresh graduate selama 12 bulan memahirkan kompetensinya di rumah sakit maupun puskesmas. Saya bersyukur ditempatkan masih di Pulau Jawa, tepatnya Sragen yang hanya berjarak sekitar 2-3 jam saja dari Semarang.
Terdengar enak memang bisa mendapat wahana Internsip yang dekat. Mungkin tantangannya tidak seberapa dibandingkan dengan sejawat yang harus keluar provinsi, bahkan luar pulau Jawa. Namun Tuhan memang menempatkan kita dimanapun sesuai dengan rencana-Nya karena Allah akan membentuk masing-masing dengan cara berbeda.
Ketika menjalani masa-masa Internsip banyak pergumulan sebagai dokter lulusan baru yang saya rasakan.
“Ini bener sakitnya ini bukan yah?“
“Apakah obat yang aku kasih sudah benar?”
”Astaga, belum selesai resusitasi, ada pasien gawat lain!”
Seringkali di dalam hati saya takut tidak bisa mendiagnosa penyakit pasien dengan benar, atau obat yang saya berikan salah, atau bila ada pasien gawat saya tidak bisa menyelamatkan mereka. Dan masih banyak rasa cemas yang saya pikirkan.
“Tuhan mampukah aku mengobati mereka..?”
Saya hanya bisa berdoa Tuhan yang memberikan hikmat dan memberkati shift jaga saya. Setiap kali jaga saya berusaha ikhlas berapapun pasien saya. Tapi ketika berdoa semoga jaga kali ini aman-aman saja, justru Tuhan kirimkan banyak pasien di IGD maupun panggilan pasien penurunan kondisi dari bangsal/ICU.
Hingga suatu pagi Tuhan membuat saya membaca sebuah ayat sebelum saya berangkat jaga.
“Allah yang mengajar tanganku berperang,
sehingga lenganku dapat melenturkan busur tembaga”
(Mazmur 18:35)
Ahh.. Saya disadarkan begitulah cara Allah Bapa-ku bekerja…… Bukan dengan situasi yang aman, nyaman, tentram kita berkembang. Bukan dengan menempuh jalan mulus dan pendek kaki kita dilatih kuat. Tuhan menghadapkan kita dengan satu masalah untuk kita boleh naik satu level pula.
Ada masa sepertinya Tuhan melindungi kita sedemikian rupa sehingga tidak ada satupun masalah yang bisa menyerang. Tetapi ada masa ketika Dia membiarkan kita menjadi bulan-bulanan musuh, masalah seolah datang bertubi-tubi. Bukan karena Dia tidak sayang, melainkan karena Dia ingin membentuk “antibodi” kita supaya kita tidak menjadi pribadi yang cengeng. Seandainya kehidupan kita serba mulus, serba nyaman tanpa masalah, mungkin kita akan menjadi individu yang lemah. Dengan membiarkan kita mengalami masalah, Allah sedang melatih tangan kita berperang sehingga kita menjadi pribadi yang lebih tangguh.