Dari awal pemilihan wahana internsip, sebenarnya saya termasuk orang yang tidak begitu “excited” dengan adanya pemilihan wahana online. Saya merasa seperti, “yaudahlah, mau dimana aja ya gapapa, yang penting setahun ini cepat berlalu, saya masih ingin banyak mencari hal yang lain diluar sana, saya ga ingin terlalu masuk dalam kehidupan internsip, saya..dan saya dll” yang selalu terngiang-ngiang dalam diri saya. Saya merasa internsip hanya buang-buang waktu dan hal lain yang padahal kalau tidak ada internsip ini bisa saya gunakan untuk mengejar hal dan cita-cita saya yang lain. Dari seorang almamater fakultas kedokteran yang dituntut 6 tahun kuliah dan kepaniteraan klinik, ditambah waktu menunggu keberangkatan internsip yang tidak jelas, dan harus mengikuti “pengabdian” selama 1 tahun yang katanya digunakan untuk pematangan kompetensi sebagai dokter, tentu saja dalam hati, saya merasa jenuh, dan merasa tidak adil karena diharuskan menempuh waktu yang lebih lama dari almamater fakultas kedokteran lain. Karena itu juga saya menganggap internsip hanya “buang-buang waktu” belaka.
Singkat cerita, di malam hari sebelum pemilihan, tidak seperti teman-teman yang lain yang memilih tempat dengan koneksi wifi atau internet yang cepat di hotel atau tempat-tempat lain, saya memilih untuk pulang ke rumah saya di Sragen, yang tentu saja dengan koneksi internet yang ala kadarnya. Ya karena hal itu, “saya ga semangat”, untuk mengikuti pemilihan wahana internsip. Di malam hari, setelah berkonsultasi dengan ayah saya, saya memutuskan untuk memilih wahana Sragen, yaitu di RSUD Gemolong dan PKM Karangmalang, yang dekat dengan rumah orangtua saya. Pilihan kedua, saya menjatuhkan pilihan pada RS Roemani Semarang. Pagi hari saya bangun, segera menyiapkan untuk melakukan pilihan, dengan tempat masih di kasur dan kondisi mengantuk, saya mencoba untuk masuk ke halaman awal Pemilihan Wahana. Seperti yang saya sudah duga di awal, pasti bakal terjadi “server down” dikarenakan belum siapnya dari pihak penyelenggara dan jumlah orang (peserta) yang berebut masuk ke online. Alhasil, saya baru bisa masuk pukul 12.30 dengan wahana Semarang sudah tidak tersedia. Akhirnya saya memutuskan untuk memilih wahana Sragen. Anehnya, di waktu akan memilih, saya merasa sangat pusing, dan tiba-tiba saya menggerakkan kursor mouse entah kemana saya tidak tahu dan memencetnya. Yang saya pilih ternyata adalah wahana Boyolali, yaitu RSUD Banyudono dan PKM Banyudono 1. Saya hanya terdiam dan berpikir, “yaudahlah.., mau dimana aja kan sama aja”.
Di awal masuk wahana internsip, saya tidak merasa bahwa wahana boyolali adalah wahana yang spesial, yang beda dari yang lain. Saya memilih kost bersama dengan dua teman PMKK saya yang memang saya kenal dari dulu, namun memang belum begitu dekat hubungan kami. Sebatas karena kami memang dari satu almamater dan PMKK. Ya..itulah yang membuat saya bisa bersama dengan mereka (ericko dan raissa). Saya mengenal ericko sebagai pribadi yang pintar dan baik, ya hanya sebatas itulah perkenalan kami. Saya mengenal raissa juga sebagai pribadi yang baik, sedikit cengeng (hahaha) dan memang hanya itulah yang saya tahu sebelumnya tentang mereka berdua.
Di malam hari sebelum kami masuk RS, kami berbincang bincang membicarakan tentang wahana kami, makanan-makanan yang harus kami coba satu-satu di tempat baru ini, kekhawatiran kami terhadap hal yang baru, dan masih banyak hal lain. Di malam itu, kami berdoa bersama dan di waktu berdoa, kami merasa, Tuhan menempatkan kami di wahana ini, bukan karena kebetulan, namun pasti ada rencana yang ingin Tuhan tunjukan pada kami. Kami akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah persekutuan doa di wahana kami.
Awal dari persekutuan kami memang susah, ada sedikit penolakan namun Tuhan bekerja dengan luar biasa sampai kami bisa sampai 10 orang. Di dalam setiap persekutuan kami, saya merasakan hadirat Tuhan yang begitu nyata. Saya merasa saya semakin ditumbuhkan, dikembangkan dan didewasakan. Saya merasa bahwa Tuhan ingin menunjukkan bahwa semua ini terjadi memang karena Tuhan yang inginkan untuk itu terjadi dan Tuhan memperlihatkan “ladang” yang Tuhan beri untuk bisa kami “kelola” nantinya.
Di internsip ini yang tentu saja sebagai wahana untuk pemantapan dan pematangan dari kompetensi kami, saya merasa banyak hal lain yang Tuhan beri kepada kami, bersamaan dengan tumbuhnya persekutuan kami. Selain memang benar dengan internsip saya merasa semakin diperlengkapi dalam pengetahuan yang baru sesuai dengan kompetensi kami, hubungan sosial dengan pasien, dan kehidupan sebagai dokter, Tuhan menunjukkan hal yang lebih banyak kepada kami. Kami diijinkan untuk menghadapai masalah-masalah yang ada di internsip, baik hubungan kami sebagai dokter dengan masyarakat, RS, maupun pemerintahan, namun juga masalah internal yang ada di antara kami sebagai dokter insternsip. Tuhan mengijinkan semua hal tersebut terjadi bukan karena Tuhan hanya “iseng” memberikan ujian, namun Tuhan ingin dengan semua hal tersebut, bersama dengan penyertaan Tuhan, kami semakin dewasa, semakin tangguh, dan semakin siap untuk menghadapi masa depan kami.
Tuhan juga menunjukkan kepada kami, kenyataan yang terjadi di kehidupan nyata. Tentu saja hal ini tidak kami temukan di kehidupan kami sebelumnya, di lingkungan kami sebelumnya. Bahkan dalam perjalanan persekutuan kami pun tidak mulus dan tidak seperti yang kami harapkan sebelumnya juga. Dalam perjalanan sering kami mengalami percekcokan, ketidakcocokan, dan permasalahan lain yang timbul seiring setahun kami internsip di wahana boyolali. Saya juga sering bertanya kepada Tuhan, “mengapa Tuhan ijinkan semua hal ini terjadi?”
Saya baru menyadari, mengikut Tuhan ga ada yang namanya jalan mulus sepanjang jalan. Mengikut Tuhan itu memang berat dan ga enak. Tetapi Tuhan memberikan hal ini untuk bisa terjadi dalam hidup kami karena Tuhan amat sayang kepada kami. Saya merasa Tuhan sungguh luar biasa kepada kami. Kami merasa, walaupun kami diijinkan untuk mengalami, dan jatuh, Tuhan ga pernah membiarkan kami tergeletak. Tuhan selalu angkat kami, tuntun kami kembali, dan mempersiapkan kami untuk lebih kuat lagi. Ya..semua itu untuk kami.
Dalam kehidupan internsip ini saya baru mengerti, bahwa berkat Tuhan dan penyertaanNya tidak pernah berhenti, tidak pernah habis. Apa yang terjadi semua itu dipakai Tuhan untuk mempersiapkan kami menjadi lebih baik lagi. Tuhan menunjukkan kenyataan yang terjadi di masyarakat, “penderitaan” dari “orang kecil”, kesemrawutan manajemen, dan pemerintahan yang belum berjalan dengan kasih. Saya merasa Tuhan menginginkan kami masing-masing untuk menjadi kepala, bukan menjadi ekor. Saya merasa Tuhan mengingnkan kami tidak untuk menjadi biasa-biasa saja, namun kami bisa menjadi pemimpin yang berdampak kepada kehidupan masyarakat. Menjadi seorang pemimpin yang mampu memberikan kasih. Menjadi seorang pemimpin yang meletakkan Tuhan sebagai pemimpin utama dalam segala aspek kehidupan.
Di dalam segala kekuatiran dan ketakutan, saya menemukan jawaban Tuhan di Yesaya 41. Di situ jelas sekali dibagi menjadi 4 perikop.
Di perikop yang pertama, untuk ayat 1-7, disana dikatakan Tuhan membangkitkan seorang pembebas. Di dalam Alkitab berbahasa Inggris yang saya baca (The Daily Bible – Harvest House Publishers), ayat 1-4 mengatakan God’s providential control, jadi ini semua berada di dalam kuasa pengaturan Tuhan, bukan lagi manusia.
Pada ayat 5-10 dikatakan Israel specially chosen, artinya Israel telah dipilih Tuhan secara khusus. Jadi bukan saya yang memilih, tetapi Tuhan yang telah memilih saya.
Pada ayat 11-16 dikatakan nothing to fear, saya yang saat itu merasa takut dan gentar begitu dikuatkan dengan ayat ini.
Pada ayat 17-20 dikatakan needs to be provided, segala kebutuhan kita akan disediakan oleh-Nya. Perikop yang seringkali hanya dibaca sambil lalu saja, bisa menjadi rhema yang menguatkan untuk saya. Sungguh Allah kita luar biasa.
Mengutip dari “Kesaksian Basuki Tjahaja Purnama”
Hari ini, kami memang sudah selesai menjalani kehidupan kami sebagai seorang internsip. Namun kami merasa, ini menjadi awal bagi kami untuk memulai menyatakan kasih Tuhan di dalam dunia ini. Tuhan yang selalu menyertai. Amin.
dr. Leonardo Cayo – PMKK 2008