Internsip sebagai … ???
Halo, semua. Perkenalkan saya Ericko Hartanto Laymena, PMKK 2008. Ketika saya diminta sharing mengenai internsip sebenarnya banyak yang bias disharingkan dari internsip yang saya alami. Dari pergumulan dalam diri, pergumulan interpersonal, hingga pergumulan yang lebih luas dengan masyarakat atau bangsa dan negara.
Saya mengangkat topic “internsip sebagai …???”. Mengapa saya memilih topic ini? Saya memilih topic ini karena kita bias memaknai internsip sebagai apapun. Internsip sebagai waktu pemahiran, seagi waktu pemantapan, sebagai pelatihan skill, sebagai penjalinan relasi internal maupun external, dsb. Hal yang saya sebt tadi adalah sudut pandang dari kacamata dokter secara umum. Namun bisa kita pandang dari sisi lain. Internsip sebagai komunitas untuk membangun diri kita, untuk mambangun komunitas itu sendiri, untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara. Hal yang saya sebut terakhir ini tampak seperti bualan saja ya. Ya saya berpikir awalnya memang bualan. Namun simak artikel ini, mebawa berkat atau tidak tergantung bagaimana kita memaknainya.
Setelah selesai ujian saya mendaftar untuk internsip, dalam masa penantian pembukaan wahana. Akhirnya tibalah pembukaan wahana Februari 2015 (setelah penantian selama 6 bulan). bagaimana perasaan saya? Sangat gembira, sangat semangat, sangat ingin cepat selesai internsip dan segera pendidikan atau bekerja. Namun Jawa sudah habis hanya tersisa 2 Wahana yaitu di Maluku dan Papua. Bukan berarti saya tidak mau ke sana, sebaliknya saya sangat antusias. Namun karena satu dan lain hal saya harus rela menetap di Jawa khususnya Jawa Tengah dan rela menunggu 3 bulan untuk pembukaan berikutnya (itu semua kesialan yang saya alami). Singkatnya Tuhan belum ijinkan saya ikut periode itu. Why??? Tenang semua Tuhan tepatkan. Singkat cerita Tuhan ijinkan saya ikut pembukaan wahana periode MEI 2015, dan mendapat wahana Banyudono.
Saya saat itu masih memandang internsip ini dari kacamata orang biasa. Kita berdelapan belas lapor ke dinas kesehatan, ke puskesmas, ke rumah sakit. Hal yang biasa. Sampai tiba saatnya kita berjaga.
Hanya dari “obrolan warung kopi” (obrolan tidak penting)
Dari “obrolan warung kopi” bahwa kita sebagai dokter internsip yang mengenal Kristus ingin untuk membangun persekutuan di sana. Kita mulai bertiga alumni PMKK untuk sharing. Setelah sharing salah seorang anggota PMKK tersebut sebut saja X memiliki angan untuk mengadakan persekutuan dan ngobrol (memperkatakan) hal itu kepada salah seorang teman. Di sini lah Tuhan bekerja (orang biasa hanya akan menanggapi “kapan?” “ayo!” namun tidak terjadi hingga hal tersebut hanya menjadi wacana). Singkat cerita lagi…. Kita mulai persekutuan ini dengan 4 atau 5 orang, dan bertambah dan bertambah hingga 10 orang. Dari komunitas ini saya benar-benar belajar dan memiliki pengalaman yang baik selama masa internsip (iceberg phenomenon = yang terlihat baik dan enak hanya di permukaan namun selalu ada hal lain yang diperjuangkan yang tidak tampak. Jangan mau enaknya saja, juga harus mau dukanya).
dr.Ericko Hartanto Laymena – PMKK 2008
**Tips membaca:
merah berarti tanggapan orang biasa
hijau berarti tanggapan orang tidak biasa