Syaloom, perkenalkan kami dr. Ratna Indriana Donggori dan dr. Estica Tiurmauli K Sihombing, alumni FK UNDIP angkatan 2008 yang berkesempatan mengikuti MMC X di Serukam, Kalimantan Barat. Kami ingin melanjutkan berbagi cerita mengenai kegiatan kami selama MMC.
Pada minggu ke 4, MMC kedatangan tim dari Adam Road Presbyterian Church Singapore (ARPC) yang terdiri dari pendeta, dokter bedah plastik, dokter anastesi, dokter umum dan perawat. Mereka memberikan lecture dan bed side teaching sesuai dengan bidang spesialisasinya masing masing. Kami terkesan oleh Rev. Adrin Munos (tim ARPC) yang memberikan pengajaran mengenai personal testimony dan radio preaching serta prakteknya untuk membekali kami dalam bermisi kelak.
Di akhir minggu ke 4 kami berangkat live in di klinik Nanga Baram yang merupakan klinik binaan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) Rumah Sakit Bethesda Serukam. Klinik Nanga Baram sendiri terletak di Dusun Baram, Desa Paoh Concong, Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang. Perjalanan dari Serukam menuju klinik tersebut membutuhkan waktu sekitar 10-12 jam. Perjalanan menuju kesana cukup lama dan melewati medan yang cukup berat saat menyeberangi sungai Kapuas, akan tetapi penyertaan Tuhan kami rasakan sepanjang perjalanan.
Sesampainya kami di Nanga Baram, kami melakukan penyuluhan di 3 Sekolah Dasar yang terletak di sekitar klinik. Saat menempuh perjalanan, kami harus menembus hutan dengan menaiki sepeda motor sekitar 1,5 jam dari klinik menuju SD Tanjung Maju. Salah satu teman kami bahkan sempat terjatuh dari motor karena licinnya jalan. Puji Tuhan teman kami tidak terluka dan kami dapat melanjutkan perjalanan lagi. Meskipun cuaca kurang mendukung karena hujan, para murid dan guru tetap bersemangat menyambut kami. Kami melakukan penyuluhan mengenai kesehatan gigi, latihan cuci tangan dan sikat gigi bersama, pemeriksaan status caries, pembagian obat cacing dan pewartaan Injil bagi anak-anak SD tersebut. Di gereja lokal setempat yaitu Gereja Firman Allah (GFA) kami membawakan penyuluhan kesehatan dan penyampaian Firman Tuhan melalui kegiatan Sekolah Minggu dan persekutuan pemuda.
Minggu setelah kegiatan gereja selesai, kami berkunjung ke rumah para anggota jemaat yang memiliki kerinduan untuk dikunjungi dan didoakan. Kami begitu merasakan penyertaan dan pemeliharaan Tuhan sepanjang program live in ini. Meskipun ada kendala mulai dari cuaca yang terus menerus hujan, keterbatasan fasilitas, masalah transportasi, kesulitan komunikasi karena tidak adanya sinyal, hingga kesulitan dalam persiapan penyuluhan, Tuhan terus menyatakan pemeliharaanNya. Dalam keterbatasan dan ketidakmampuan kami sebagai manusia, Tuhan menunjukan kuasanya. Dia yang mengutus kita adalah setia, Dia juga yang memperlengkapi dan memberkati kita. Tuhan mencukupkan sehingga segala perencanaan yang kami lakukan dapat terlaksana. Banyak yang kami pelajari selama live in ini, kami belajar mengandalkan Tuhan dalam segala keterbatasan, belajar tentang kesehatian dan kesatuan dalam tim, belajar untuk melayani sesama dengan totalitas dan dengan ketulusan hati. Program live in ini memberikan dampak yang sangat kuat dalam hati kami masing-masing, kami pulang dengan perasaan sukacita dan semakin dikuatkan untuk terus melayaniNya.
…bersambung