
Sejak saat itu, Tuhan mengajari saya untuk memulainya dengan hal simpel, dari tiap momen ulang tahun saya, Tuhan menaruh kerinduanNya untuk saya mengerjakan sesuatu persembahan sebagai ucapan syukur bagi Tuhan, yang kiranya dapat menjadi berkat untuk orang lain. Dalam dua puluh tahun perjalanan hidup saya, Tuhan sudah begitu banyak memberikan yang terbaik, kehidupan bahkan masih bisa bernapas sampai hari ini dan menjadi seorang dokter, semuanya pemberian Tuhan yang cuma-cuma, karena anugerah. Dari situ di setiap ulang tahun saya, saya mulai mengerjakan bakti sosial sambil melakukan pelayanan Injil kepada masyarakat, mulai dari mendoakan dan membagi makanan kepada pasien-pasien di rumah sakit, bakti sosial ke panti asuhan, semua hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Tuhan mengajar saya untuk melayani mereka dan membawa jiwa-jiwa ini kembali ke hadirat Tuhan, untuk tidak hanya menjadi dokter tetapi bisa menjadi berkat untuk mereka dapat mengenal kasih Tuhan yang luar biasa ajaib.
Saya bersyukur di bertambahnya umur saya yang ke-24 ini Tuhan izinkan saya untuk mengerjakan aksi sosial bersama di Boyolali, wahana internsip saya. Acara ini termasuk acara yang lumayan besar dan butuh persiapan yang tidak sebentar, tetapi sangat sebanding dengan hasil dan dampaknya bagi masyarakat Boyolali. Kami bersyukur bisa melayani di sana, bukan sekedar menjalankan tugas internsip tetapi diberi kesempatan dan anugerah untuk bisa menjadi berkat bagi masyarakat Boyolali.
Dari sinilah saya mengerti apa destiny yang Tuhan taruh dalam kehidupan saya, profesi apapun selanjutnya ke depan yang Tuhan izinkan saya jalani, Tuhan merindukan saya menjadi seorang dokter yang memperkenankan hati Tuhan, agar kehidupan saya ini dipersembahkan seluruhnya untuk Tuhan dan sesama, sehingga dapat menjadi berkat buat banyak orang. Dokter yang memperkenankan hati Tuhan bukan sekadar dokter yang menjalankan profesinya, tetapi juga mengerti dengan tepat hati Tuhan dan kerinduanNya untuk kita kerjakan dalam kehidupan ini, yang kita kerjakan tanpa banyak kompromi dan sungguh-sungguh dari hati kita untuk Tuhan. Kehidupan yang dipersembahkan untuk Tuhan dan orang lain berarti siap untuk berkorban, mengesampingkan kepentingan sendiri untuk orang lain supaya mereka bisa mengenal Tuhan dan kasihNya serta diberkati. Ini bukan hal yang mudah, tetapi bersama dengan Tuhan kita pasti bisa, yang terpenting adalah hati yang mau terus belajar untuk dididik dan diproses.
bersambung